Liputan6.com, Jakarta – Pasca halving, harga Bitcoin cenderung bergerak stagnan atau
sideways. Melansir
CoinMarketCap, harga Bitcoin terkoreksi 9,7% selama sepekan di level USD 57.790 atau setara Rp936 juta (kurs 16.200) pada 2 Mei 2024 pukul 16.00 WIB.
Koreksi tersebut turut terjadi di pasar kripto secara umum, yang dipengaruhi oleh kebijakan hawkish yang diambil oleh Federal Reserve AS, yang telah memutuskan untuk tidak melakukan pemotongan suku bunga tahun ini dan sejumlah kondisi makroekonomi seperti kekhawatiran akan stagflasi dan inflasi di AS. Sehingga investor cenderung menghindari instrumen yang lebih berisiko, termasuk aset kripto.
Kendati begitu, potensi positif dan pemulihan pasar kripto di Kuartal-II masih sangat terbuka. Crypto Analyst Reku Fahmi Almuttaqin, mengatakan jika dikaitkan pada optimisme halving Bitcoin, secara historis, momen Bitcoin halving tidak secara otomatis menyebabkan harga Bitcoin melonjak. Pada halving-halving sebelumnya, Bitcoin biasanya memulai reli yang sesungguhnya antara 1 hingga 5 bulan setelah halving terjadi.
“Pada halving di tahun-tahun sebelumnya, Bitcoin memiliki pergerakan harga yang berbeda-beda. Namun secara umum dapat dikatakan harga memang cenderung sideways dan bahkan terkoreksi pada periode ini. Bitcoin cenderung memulai reli yang sesungguhnya antara 1 hingga 5 bulan setelah halving terjadi,” kata Fahmi, Sabtu (4/5/2024)
Meski di tengah kecenderungan kondisi harga Bitcoin yang stagnan, berdasarkan laporan Crypto Outlook Kuartal-II yang diluncurkan Reku, terdapat potensi kenaikan tren pada sejumlah narasi, termasuk pada aset kripto alternatif, atau ‘altcoin’.
Tren positif pada narasi tersebut merupakan kelanjutan dari milestone yang telah terjadi di pasar kripto pada Kuartal-I tahun ini. Kelima narasi kripto yang berpotensi positif tersebut sebagai berikut:
1. Narasi Bitcoin: Halving, ETF, dan Meta Protokol Baru
Pada Kuartal-I lalu, Bitcoin mengalami lonjakan harga signifikan, hingga meningkat 68%. Lonjakan tersebut selain didorong oleh narasi penurunan suku bunga The Fed, juga cukup terkorelasi dengan aliran dana Exchange-Traded Funds (ETF) Bitcoin Spot di AS yang mendapatkan persetujuan regulator pada 10 Januari lalu.
“Di Kuartal-II mendatang, semakin meningkatnya biaya untuk menambang Bitcoin yang diiringi dengan mampu bertahannya kekuatan komputer yang menjalankan blockchain Bitcoin (hash power), dapat menjadi katalis yang kuat untuk BTC,” kata Fahmi.
Dari sisi teknologi, terdapat inovasi meta protokol baru di Bitcoin dengan diluncurkannya Runes, sebuah pengembangan dari BRC-20 untuk menciptakan aset digital di blockchain Bitcoin.